Sampurasun.
Apa kabare Sedulur Harian Cirebon ?
Semoga dalam
keadaan sehat ya.
Silahkan
dikoreksi kalau ada salah, atau boleh juga menambahkan informasi yang belum
ada, tentunya di kolom komentar ya. ^_^
Sejarah Cirebon
Kisah ini berawal dari Kerajaan Pajajaran, yang pada saat itu diperintah oleh Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi).
(Prabu Siliwangi) |
Ia menikah dengan Nyai Subang Larang dan dikaruniai
2 (dua) orang putra dan seorang putri :
1. Pangeran
Walangsungsang yang lahir pertama tahun 1423 Masehi,
(Pangeran Walangsungsang) |
2. Nyai Rara Santang lahir tahun 1426 Masehi,
(Ilustrasi : Nyai Rara Santang) |
3. Raja Sengara lahir tahun 1428 Masehi.
(Raja Sangara / Raden Kian Santang) |
Pada 1442
Masehi, Pangeran Walangsungsang menikah dengan Nyai Endang Geulis Putri Ki
Gedheng Danu Warsih dari Pertapaan Gunung Mara Api.
FYI : Mereka
pernah singgah di beberapa petapaan antara lain :
1. Petapaan
Ciangkup di desa Panongan (Sedong),
2. Petapaan
Gunung Kumbang di daerah Tegal,
3. Petapaan
Gunung Cangak di desa Mundu Mesigit,
4. Gunung
Amparan Jati
Nah, di
Gunung Amparan Jati lah mereka bertemu dengan Syekh Datuk Kahfi (Syekh Nur
Jati) yang berasal dari kerajaan Parsi. Beliau adalah seorang Guru Agama Islam
yang berbudi pekerti luhur. Syekh Nur Jati lah yang kemudian menjadi Guru Agama
Islam dari Pangeran Walangsungsang, Nyai Endang Geulis dan Nyai Lara Santang.
Selama berguru, mereka menetap bersama Ki Gedheng Danusela adik Ki Gedheng
Danuwarsih.
Bagi Sedulur
Harian Cirebon yang belum tau, Pangeran Walangsungsang diberi nama Oleh Syekh
Nur Jati yaitu Somadullah.
Lalu
Pangeran Walangsungsang diberi perintah untuk membuka hutan di pinggir Pantai
Sebelah Tenggara Gunung Jati (Lemahwungkuk sekarang). Sejak saat itulah berdiri
Dukuh Tegal Alang-Alang yang kemudian diberi nama Desa Caruban (Campuran).
Makin lama Desa Caruban menjadi semakin ramai dikunjungi dan dihuni oleh
berbagai suku bangsa untuk berdagang, bertani dan mencari ikan di laut.
Danusela (Ki
Gedheng Alang-Alang) dipilih oleh masyarakat sebagai Kuwu yang pertama dan
setelah meninggal pada tahun 1447 Masehi digantikan oleh Pangeran
Walangsungsang sebagai Kuwu Caruban yang kedua, Pangeran Walangsungsang
mendapat gelar Pangeran Cakrabuana. Lalu di suatu saat, Pangeran Walangsungsang
dan Nyai Lara Santang diberi petunjuk oleh Syekh Nur Jati untuk menunaikan
ibadah haji ke Tanah Suci Mekah.
Saat
menunaikan ibadah haji, Pangeran Cakreabuana mendapat gelar Haji Abdullah Iman
dan Nyai Lara Santang mendapat gelar Hajah Sarifah Mudaim. Nyai Lara Santang
kemudian menikah dengan seorang Raja Mesir bernama Syarif Abullah. Dari hasil
perkawinannya dikaruniai 2 (dua) orang putra, yaitu :
1. Syarif
Hidayatullah
(Syekh Syarif Hidayatullah / Syekh Sunan Gunung Jati) |
2. Syarif
Nurullah.
(Syarif Nurullah) |
Ketika pulang dari Mekah, Pangeran Cakrabuana mendirikan Tajug dan Rumah Besar yang diberi nama Jelagrahan, yang kemudian dikembangkan menjadi Keraton Pakungwati (Keraton Kasepuhan sekarang) sebagai tempat kediaman bersama Putri Kinasih Nyai Pakungwati (Putri Pangeran Cakrabuana).
Setelah Kakek Pangeran Cakrabuana Jumajan
Jati Wafat, maka Keratuan di Singapura tidak dilanjutkan (Singapura terletak +
14 Km sebelah Utara Pesarean Sunan Gunung Jati) tetapi harta peninggalannya
digunakan untuk bangunan Keraton Pakungwati dan juga membentuk prajurit dengan
nama Dalem Agung Nyi Mas Pakungwati. Lalu, Prabu Siliwangi melalui utusannya,
Tumenggung Jagabaya dan Raden Kian Santang, mengangkat
Pangeran Carkrabuana menjadi Tumenggung dengan Gelar Sri Mangana.
Nah itu
secuil kisah tentang sejarah awal Cirebon.
Okay kita
lanjut ke kisah yang lain.
Pada Tahun
1470 Masehi. Setelah berguru di Mekah, Baghdad, Campa dan Samudra Pasai, Syarif
Hidayatullah datang ke Pulau Jawa. Pada awalnya beliau tiba di Banten, kemudian
Jawa Timur dan disana beliau mendapat kesempatan untuk bermusyawarah dengan
para wali yang dipimpin oleh Sunan Ampel. Musyawarah tersebut menghasilkan
suatu lembaga yang bergerak dalam penyebaran Agama Islam di Pulau Jawa dengan
nama Wali Sanga / Wali Songo / Sembilan Wali.
Sebagai
anggota dari Wali Sanga, Syarif Hidayatullah datang ke Caruban untuk menemui
Pamannya, Tumenggung Sri Mangana (Pangeran Walangsungsang / Pangeran
Cakrabuana). Ia meminta izin untuk mengajarkan Agama Islam di daerah Caruban
dan sekitarnya, lalu ia mendirikan sebuah padepokan yang disebut pekikiran (di
Gunung Sembung sekarang).
Setelah Sunan Ampel wafat tahun 1478 Masehi. Wali Sanga mengadakan musyawarah di Tuban, pada musyawarah tersebut, Syarif Hidayatullah ditunjuk untuk menjadi pengganti pimpinan Wali Sanga. Akhirnya pusat kegiatan Wali Sanga dipindahkan dari Tuban ke Gunung Sembung di Caruban yang kemudian disebut puser bumi sebagai pusat kegiatan keagamaan, sedangkan sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Cirebon berkedudukan di Keraton Pakungwati dengan sebutan GERAGE.
Pada Tahun
1479 Masehi, Syarif Hidayatullah atau yang lebih kita kenal dengan sebutan
Pangeran Sunan Gunung Jati menikah dengan Nyi Mas Pakungwati Putri Pangeran
Cakrabuana dari Nyai Mas Endang Geulis. Sejak saat itu Pangeran Syarif
Hidayatullah dinobatkan sebagai Sultan Caruban I dan menetap di Keraton
Pakungwati.
Seblumnya,
Pangeran Cakrabuana selalu mengirim upeti ke Pakuan Pajajaran, akan tetapi
setelah pergantian Sultan Cirebon pada tahun 1482 Masehi, Pangeran Sunan Gunung
Jati membuat maklumat kepada Raja Pakuan Pajajaran PRABU SILIWANGI untuk tidak
mengirim upeti lagi karena Kesultanan Cirebon sudah menjadi Negara yang
Merdeka. Selain hal tersebut Pangeran Syarif Hidayatullah melalui lembaga Wali
Sanga rela berulangkali memohon Raja Pajajaran untuk berkenan memeluk Agama
Islam tetapi tidak berhasil. Itulah penyebab yang utama mengapa Pangeran Syarif
Hidayatullah menyatakan Cirebon sebagai Negara Merdeka lepas dari kekuasaan
Pakuan Pajajaran.
Peristiwa
merdekanya Cirebon keluar dari kekuasaan Pajajaran tersebut, dicatat dalam
sejarah tanggal Dwa Dasi Sukla Pakca Cetra Masa Sahasra Patangatus Papat Ikang
Sakakala, bertepatan dengan 12 Shafar 887 Hijiriah atau 2 April 1482 Masehi
yang sekarang diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Cirebon.
Sumber :
Artikel ini diterbitkan oleh [Fajar Bahari]
Komentar
Posting Komentar